Pages

Review Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck



Haiii semua,
Di penghujung tahun 2013 tepatnya Minggu sore, 29 Desember 2013. Saya dan kekasih tercinta pergi nonton film di Rajawali 21, the one and only nice cinema in Purwokerto at this recent time. Sebenernya udah beberapa film yang saya tonton sama temen-temen, paling banyak sih sama kekasih tercinta hehe. Tapi baru sekarang saya punya keinginan untuk meriview film, karena terinspirasi dari film ini untuk menulis. Berdasarkan karya sastra gubahan Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Cerita dengan latar di tahun 1930an ini hadir di tahun 2013, cool. Dulu waktu SMA pernah baca novel Layar Terkembang dan Salah Asuhan tapi malah nggak sempat baca novel ini. Jadi reviewnya based on the film aja, tanpa ada perbandingan dengan novelnya ya. Film bertema drama romantis ini diproduksi Soraya Intercine Film. Film garapan Sunil Soraya ini dibintangi oleh Herjunot Ali (Zainuddin), Pevita Pearce (Hayati), Reza Rahardian (Aziz), Randy Nidji (Bang Muluk) and many more. 


Gambar diambil dari :
 

Film ini berlatar di Tanah Minang. Seorang pemuda bernama Zainuddin yang semenjak kecil tinggal dan besar di tanah Bugis (Makasar), dia kembali ke tanah kelahiran ayahnya, Batipuh. Zainuddin kemudian bertemu bahkan mengagumi Hayati seorang gadis cantik, bunga di Batipuh yang juga yatim piatu. Mereka sering berkirim surat, kadang Zainuddin mengirim hikayat dan syair-syair yang dibuatnya kepada Hayati, serta meluapkan kegundahannya akan permasalahan asal usul Zainuddin. Di Makasar dia dianggap orang Minang tapi saat di Tanah Minang dia pun tak diterima karena orang mengganggapnya orang Bugis, bahkan hanya pemuda yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Hingga sepucuk surat hadir kepada Hayati, mengatakan bahwa Zainuddin menginginkan Hayati menjadi teman seumur hidupnya tetapi keluarga besar Hayati tidak menyetujuinya karena permasalahan adat Zainuddin yang tidak jelas dan hubungan mereka menjadi buah bibir yang tidak mengenakkan di Batipuh. Akhirnya Zainuddin meninggalkan Batipuh karena ada kabar ada orang-orang yang akan berbuat jahat padanya. Sebelum pergi, saat dia berada di danau tempat dia biasa menulis hikayat dan syair, Hayati datang menemuinya. Sebelum berpisah Hayati bersumpah setia akan menunggunya dan menjaga kesuciannya hingga Zainuddin menjemputnya kembali. Selendang putih yang dikenakan Hayati menjadi cindera mata berharga yang dibawa Zainuddin ke Padang Panjang. Hayati sempat mengunjungi Zainuddin di Padang Panjang, dia menginap di tempat sahabatnya Khadijah. Namun hal ini yang membuat Aziz (kakak Khadijah), jatuh hati pada Hayati. Aziz dan Zainuddin meminang Hayati pada saat bersamaan. Sudah dapat ditebak, Azizlah yang dipilih menjadi suami untuk Hayati. Ini menjadi pukulan berat bagi Zainuddin. Singkat cerita, Zainuddin bangkit dari kesedihannya berkat Muluk, sahabatnya dan mereka merantau ke Jawa, Batavia. Zainuddin menjadi penulis terkenal, sukses dan kaya raya. Kemudian dia pindah ke Surabaya. Di saat yang hampir sama Aziz dipindah kerja ke Surabaya, bersama Hayati mereka juga tinggal di Surabaya. Hayati dan Zainuddin dipertemukan lagi di sebuah acara Opera Teroesir, gubahan Z yang tidak lain adalah Zainuddin. Dari sini lah konflik semakin memuncak hingga kejadian tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang menjadi penentu kisah cinta Zainuddin dan Hayati.


Tiket nontonnya :D


Meskipun mengisahkan kasih tak sampai, buat saya ini salah satu film Indonesia yang mengisahkan arti kebahagiaan dan dalamnya sebuah cinta, sebelumnya pasti masih ingat romantisnya Film Habibie & Ainun. Film dengan durasi sekitar 3 jam (lama juga ya) nggak bikin saya bosan, apalagi OST film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini dari Nidji. Jadi saat denger lagu ‘Sumpah dan Cinta Matiku’ langsung teringat adegan-adegan di film tersebut sampai sekarang, melekat banget ya soundtracknya. Akting para pemainnya juga bagus apalagi Reza Rahardian (Aziz). Herjunot Ali mampu menghadirkan sosok Zainuddin yang sederhana tapi bisa jadi charming banget setelah menjadi penulis yang sukses (hmm ganteng dan mirip kaya mas pacar hehe) tapi yang bikin saya kurang nyaman sih nada bicaranya Zainuddin yang ditekan di beberapa bagian tapi mungkin memang deskripsi sosok Zainuddinnya demikian. Pevita Pearce (Hayati) yang memang cantik pun terlihat natural saat menjadi Hayati bahkan saat setelah menjadi istri Aziz, bisa jadi gadis kota. Ditambah kehadiran Randy Nidji (Bang Muluk) yang bikin kocak tapi juga bisa memberikan nasehat bijak untuk Zainuddin. Untuk set dan pengambilan gambarnya juga bagus meskipun kadang terlihat pendek pengambilan gambarnya karena pasti susah nemu lokasi syuting tempat yang bener-bener jadul di Batavia, dan itulah seninya yang bikin keren bisa menghadirkan 1930an di 2013, saya adalah orang yang suka dengan hal-hal berbau jaman dulu karena buat saya itu seperti kapsul waktu, seperti saya bisa melihat masa lampau. Kurangnya, untuk animasi saat Kapal Van Der Wijck berangkat dan tenggelam, tapi nggak aneh-aneh banget sih menurut saya waktu tenggelamnya, masih bisa dinikmati, ya mungkin kalau dibagusin lagi sedikit jadi makin oke hehe. Terus karena suasana pas nonton rame banget, penuh studionya jadi kurang haru aja pas adegan yang nangis-nangis malah penontonnya pada ketawa liat aktingnya Herjunot Ali nangis hmmm, bikin saya kurang menghayati jadinya, saya sama sekali nggak nangis. Alur ceritanya bagus, nggak bikin bingung saat flash back dan menceritakan dua kejadian di waktu yang sama juga dikemas baik.  Over all, nice and mantep filmnya

Hikmah yang bisa dipetik dari film ini adalah saat cinta datang ya dipertahankan, saat cinta itu hilang kita tetap harus semangat, jangan putus asa, bangkit dari kesedihan. Tapi saat cinta itu datang lagi untuk yang kedua kalinya, jangan pernah usir cintamu itu, menyesallah yg didapat. Berjuang dan bertahan untuk cinta sejati. Banyak cuplikan kata-kata indah dan syair di dalamnya. Kekasih saya yang juga anak sastra, suka banget nonton film ini hehe. Film hebat dari sebuah karya sasta indah sastrawan besar Indonesia Buya Hamka. Hari Minggunya juga jadi indah rasanya hmm. Ayo yang belum nonton, buruan nonton. Konflik, setting, visual and sound effect dll nya lebih greget kalau nonton langsung. Jadi pengen nonton lagi. Recomended banget buat yang doyan sastra. “Cinta itu bukan melemahkan, tetapi menguatkan”.

 Rate untuk film ini : 8 dari 10


Written with love,

Vie Aritisna

beautyvie@blogspot.com

    2 komentar:

    1. Stainless steel or titanium flat iron | Titanium Arts
      Stainless steel or titanium flat titanium magnetic iron. $10.50. Open Ended. $20.00. Open Ended. $20.00. Open Ended. $50.00. Open Ended. $20.00. titanium pots and pans Open ridge wallet titanium Ended. $20.00. Open Ended. $10.00. Open micro touch trimmer Ended. $10.00. Open Ended. $20.00. Open Ended. mens titanium watches $20.00.

      BalasHapus

    Instagram